NABI dan IMAM
Seorang nabi bukan sekadar pemimpin agama lain di dalam sejarah
Ibrani, tetapi seorang yang dirinya telah dimasuki dan dikuasai oleh Roh Allah
dan Firman Allah (Yeh 37:1,4: 1. Pada tahun
ketiga puluh, dalam bulan yang keempat, pada tanggal lima bulan itu, ketika aku
bersama-sama dengan para buangan berada di tepi sungai Kebar, terbukalah langit
dan aku melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah. 4. Lalu aku melihat,
sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar
dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam,
di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat.). Karena
di dalam dirinya ada Roh dan Firman, nabi PL mempunyai tiga ciri sebagai
berikut:
1. Pengetahuan yang dinyatakan secara ilahi. Seorang nabi menerima
pengetahuan yang diberi Allah mengenai orang, peristiwa, dan kebenaran
penebusan. Maksud utama pengetahuan ini ialah mendorong umat Allah agar tetap
setia kepada Allah dan perjanjian-Nya. Ciri khas nubuat PL yang menonjol ialah
bahwa kehendak Allah bagi umat-Nya dijelaskan melalui ajaran, teguran, dan
peringatan. Allah memakai para nabi untuk menyatakan hukuman-Nya sebelum itu
terjadi. Dari tanah sejarah gelap Israel dan Yehuda timbullah nubuat-nubuat
khusus tentang Mesias dan kerajaan Allah, serta ramalan aneka peristiwa dunia
di masa depan.
2. Kuasa yang diberikan secara ilahi. Para nabi tertarik ke dalam
lingkaran ajaib ketika dipenuhi dengan Roh Allah. Melalui para nabi, kuasa dan
hidup Allah ditunjukkan secara adikodrati di tengah-tengah dunia yang pada
umumnya tertutup bagi itu semua.
3. Gaya hidup yang khusus. Pada umumnya nabi-nabi meninggalkan
kegiatan hidup sehari-hari yang biasa untuk hidup semata-mata bagi Allah.
Mereka dengan gigih menentang penyembahan berhala, kebejatan, dan
bermacam-macam kejahatan di antara umat Allah, dan juga mengecam korupsi dalam
kehidupan para raja dan imam; mereka merupakan aktivis yang mendukung perubahan
kudus dan benar di Israel. Para nabi, yang senantiasa giat demi kerajaan Allah
dan kebenaran-Nya, memperjuangkan kehendak Allah tanpa memikirkan risiko
pribadi.
NABI DAN IMAM.
Sepanjang sebagian besar sejarah Israel, imam dan nabi sering kali
bersengketa. Allah bermaksud agar mereka bekerja sama, tetapi para imam
cenderung berkompromi dengan tidak menentang keburukan umat Allah.
1) Para imam biasanya terikat dengan keadaan pada masanya, merasa
sulit untuk berbakti kepada Allah kecuali melalui berbagai upacara dan liturgi.
Walaupun moralitas mempunyai tempat resmi di dalam teologi mereka, dalam
praktik mereka tidak menekankan hal itu.
2) Seorang nabi, pada pihak lain, sangat mementingkan gaya hidup,
perilaku dan masalah-masalah moral. Ia senantiasa menentang orang-orang yang
tergantung pada sekadar melakukan kewajiban agama saja. Ia menjengkelkan,
mendorong, mengecam, berdiri sendiri menuntut kebenaran dan bersikeras untuk
menerapkan prinsip abadi Allah pada kehidupan. Nabi itu seorang guru tata
susila, pembaharu moral, dan pengusik pikiran manusia; ia menyingkapkan dosa
dan kemurtadan, senantiasa berusaha untuk menggerakkan umat Allah agar hidup kudus.
BERSELANCAR DALAM KEBENARAN, Tgl.08.10.22