27 When Jesus
departed from there, two blind men followed Him, crying out and saying,
"Son of David, have mercy on us!"
28 And when
He had come into the house, the blind men came to Him. And Jesus said to them,
"Do you believe that I am able to do this?"
They
said to Him, "Yes, Lord."
29 Then He
touched their eyes, saying, "According to your faith let it be to
you."
30 And their eyes were opened. And Jesus sternly
warned them, saying, "See that no one knows it."
31 But when they had departed, they spread the news
about Him in all that country.
GIVES
SIGHT TO TWO BLIND MEN;
27 Καὶ παράγοντι
ἐκεῖθεν τῷ Ἰησοῦ ἠκολούθησαν δύο
τυφλοί, κράζοντες καὶ λέγοντες·
ἐλέησον ἡμᾶς υἱὲ Δαυίδ.
28 ἐλθόντι δὲ εἰς τὴν οἰκίαν προσῆλθον αὐτῷ οἱ τυφλοί,
καὶ λέγει αὐτοῖς ὁ Ἰησοῦς· πιστεύετε
ὅτι
δύναμαι τούτο ποιῆσαι; λέγουσιν
αὐτῷ· ναὶ κύριε.
29 τότε ἥψατο τῶν ὀφθαλμῶν αὐτῶν λέγων·
κατὰ τὴν πίστιν
ὑμῶν γενηθήτω
ὑμῖν.
30 καὶ ἠνεῴχθησαν αὐτῶν οἱ ὀφθαλμοί. καὶ ἐνεβριμήθη αὐτοῖς ὁ Ἰησοῦς λέγων·
ὁρᾶτε μηδεὶς γινωσκέτω.
31 οἱ δὲ ἐξελθόντες διεφήμισαν
αὐτὸν ἐν ὅλῃ τῇ γῇ ἐκείνῃ.
Kebutaan adalah penyakit yang agak umum di Palestina kuno,
penyakit itu Antara lain disebabkan oleh sinar matahari yang sangat kuat
disana, dimana pelindung mata belum sebaik seperti sekarang. Secara khusus
penyebab utamanya adalah banyak lalat yang bias membawa bibit penyakit mata
yang bias membutakan.
Sampai
sekarang didbeberapa daerah di Afrika lalatpenyebar penyakit kebutaan belum
berhasil diberantas sepenuhnya.
Ada dua orang buta yang berseru kepada Yesus, tetapi tidak
langsung ditanggapi Yesus, karena Yesus ingin mendapat kepastian bahwa mereka
sungguh-sungguh dan tulus membutuhkan pertolongan, sebab ada kemungkinan mereka
berteriak hanya mengikuti orang banyak yang juga berteriak-teriak yang setelah
Yesus lewat semuanyapun melupakannya.
a.
Yesus ingin memastikan bahwa permintaan
mereka sungguh-sungguh dan memang nyata.
Sebab banyak orang yang menganggap menjadi peminta-minta itu suatu
keberuntungan, karena bebas dari tanggung jawab pekerjaan dan mencari
penghidupan. Malah mereka tidak ingin ditolong untuk lepas dari rantai kenistan
dan kalaupun mereka mau, maka kemaunnya hanya pura-pura.
Sama orang yang melakukan dosa, mereka ingin tetap tinggl didalam
dosa dan tidak ingin dosa-dosanya dihilangkan.
b.
Yang kedua Yesus ingin mereka yang datang menemuiNya.
Sebab
cepat atau lambat manusia harus bertemu dengan Yesus sendiri dan mendapatkan
yang manusia butuhkan.
c.
Ketika Tuhan Yesus bertemu dengan
kedua orang buta itu, Kalimat Tuhan Yesus: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?“ ini mengandung
esensi iman sejati sekaligus mendobrak konsep iman yang muncul di sepanjang
sejarah, sebab pada dasarnya, manusia tidak suka melihat ada orang lain yang
lebih mampu dan lebih berkuasa dari dirinya dan kini orang dituntut untuk
percaya penuh pada Kristus sebagai Tuhan. Hal ini tidaklah mudah sebab orang
biasa dilatih bahwa “aku bisa“ bukan “Tuhan yang bisa.“ Sungguh merupakan suatu
kebodohan kalau manusia merasa diri hebat dan tidak membutuhkan Tuhan, kita
adalah manusia berdosa yang terbatas yang tidak mampu melakukan semua hal
karena itu manusia harus beriman penuh pada Tuhan.
Dokterpun tidak akan mungkin menyembuhkan pasien yang
pengharapannya sudah hilang. Obat-obatan pun tidak akan memberikan kegunaan
apa-apa ketika manusia sudah putus pengharapan.
Dari kisah ini, Matius ingin kita memahami bahwa iman tidak
berhenti pada suatu komitmen pertama, yaitu percaya Kristus saja, tetapi
setelah kita beriman pada Kristus bagaimana kita mengimplikasikan iman itu. Pertanyaannya
sekarang adalah kenapa Tuhan Yesus berpesan kepada kedua orang buta itu supaya
mereka tidak menceritakannya kepada orang lain? Pesan ini bukanlah
sekedar pesan biasa maka bukan tanpa alasan kalau Tuhan Yesus berbuat demikian
dan merupakan hak Tuhan kalau Dia merasa tidak perlu menjelaskannya, satu hal
yang perlu kita lakukan hanyalah taat. Celakanya, kedua orang buta ini tidak
pernah menanyakan apa yang menjadi alasan Tuhan Yesus kenapa mereka tidak boleh
menceritakan hal tersebut pada orang lain maka setelah dicelikkan, begitu
keluar dari rumah mereka langsung melanggar perintah Tuhan.
Kedua orang buta ini pastilah punya alasan
kenapa mereka berbuat demikian. Bukankah seringkali kita juga bersikap sama
seperti kedua orang buta tersebut, kita langsung membeberkan berbagai macam
alasan demi untuk membenarkan diri sendiri. Tuhan Yesus mempunyai pemikiran dan
perintah dan orang percaya juga mempunyai pemikiran dan tindakan, celakanya
keduanya terjadi konflik. Kedua orang buta ini merasa kalau perbuatannya
menceritakan kejadian itu adalah benar, dia merasa tidak melanggar, dia merasa
lebih bijak, dia merasa lebih pandai, dia merasa telah menolong Tuhan Yesus.
Disinilah terjadi kerusakan iman yang paling fatal karena iman hanya sampai
pada titik awal, yaitu percaya. Iman bukanlah berhenti pada titik awal tetapi
percaya adalah tidak menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma. 12:1-2). Paulus
sangat memahami bahwa iman menuntut adanya content atau isi.
Ada beberapa alasan yang menjadi pemikiran mereka kenapa kedua
orang buta ini melanggar perintah Tuhan:
1.
Mujizat sebagai Alat untuk Popularitas
Kedua orang buta ini berpikir Tuhan Yesus berpesan demikian
hanyalah sekedar basa basi, seperti yang biasa diucapkan oleh orang dengan
tujuan supaya kelihatan rendah hati.
Bukankah hal ini juga sering orang lakukan pada
jaman ini, orang sangat suka bila kebaikannya diketahui orang lain dan akhirnya
ia mendapatkan pujian. Inilah sifat manusia berdosa. Mereka berpikir kalau hal
kesembuhan ini diberitakan maka nama Tuhan Yesus akan menjadi termasyhur
apalagi mencelikkan mata yang buta hanya dapat dilakukan oleh Tuhan Yesus dan
ini sudah menjadi “trade mark“ daripada Tuhan Yesus lagipula yang diceritakan
bukan tentang hal-hal yang buruk.
Celakanya, hari ini orang Kristen pun bisa mempunyai pemikiran
yang sama seperti dunia pada umumnya. Sebagai anak Tuhan, biarlah kita
diubahkan, jangan memakai pemikiran orang berdosa lalu menyamakannya dengan
Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengerjakan sesuatu berdasarkan kehendak
kedaulatan-Nya, Tuhan Yesus tidak dikendalikan oleh orang lain maka itu
merupakan salah satu alasan kenapa Tuhan Yesus melarang kedua orang buta itu
untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada orang lain.
Misi kedatangan Tuhan Yesus ke dunia bukan untuk
menjadi terkenal, seandainya benar misi-Nya supaya menjadi terkenal maka Ia
akan memilih tidak dilahirkan di kandang domba yang hina, bukan? Kekristenan
harus mengatakan tentang kebenaran saja; jika benar katakan benar dan jika
salah katakan salah. Kejujuran dan ketulusan ini seharusnya menjadi citra
Kekristenan, kita tidak sama dengan dunia; anak Tuhan sejati mempunyai kualitas
hidup lebih tinggi dari dunia, yaitu hidup berdasarkan kehendak Kristus.
2.
Mujizat untuk Sarana Penginjilan
Kedua orang buta ini mempunyai pemikiran kalau mereka
bersaksi, menceritakan apa yang diperbuat Tuhan Yesus atas dirinya pada orang
lain berarti mereka turut membantu mencarikan pengikut buat Yesus dengan
demikian pengikut Yesus semakin bertambah banyak. Bukankah Tuhan ingin kita
bersaksi? Bukankah ini juga menjadi salah satu sarana penginjilan?
Perhatikan,
semua pemikiran itu adalah menurut logika manusia. Dari dulu hingga sekarang
manusia tidak berubah, yakni menggunakan mujizat untuk penginjilan. Tuhan Yesus
tidak ingin mujizat dijadikan sebagai sarana penginjilan. Apa yang dimengerti
oleh Tuhan Yesus tidak dimengerti oleh mereka yang percaya pada Kristus. Banyak
orang berpikir kalau sakit disembuhkan maka orang menjadi percaya dan mengikut
Tuhan Yesus. Cara Kristus berbeda dengan cara dunia, cara dunia justru akan
membuat rusak iman Kristen.
Pada Injil Yohanes pasalnya yang ke – 6 dicatat Tuhan Yesus
membuat mujizat dengan 5 roti dan 2 ikan, Tuhan Yesus memberi makan lima ribu
orang laki-laki belum termasuk wanita dan anak-anak maka diperkirakan jumlahnya
lebih dari lima ribu orang. Setelah Tuhan Yesus melakukan mujizat tersebut,
Yesus berangkat ke seberang dan orang berbondong-bondong mengikut Dia, mereka
sangat bersemangat mengikut Yesus, mereka bahkan berhasil mendahului Yesus
sampai ke seberang.
Puji Tuhan, Tuhan Yesus tidaklah sama seperti
manusia berdosa yang sangat senang dengan pujian, Tuhan Yesus tahu apa yang
menjadi motivasi mereka mengikut, yaitu sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan
karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti
dan kamu kenyang (Yohanes 6:26). Maka sepanjang hari itu, Tuhan Yesus mengajar
dengan sangat keras tentang roti hidup dan lihat, reaksi orang banyak itu, satu
per satu mereka pergi meninggalkan Yesus. Apakah Tuhan Yesus menyesal karena
berkhotbah dengan keras ataukah bersedih karena ditinggalkan oleh para
pengikut-Nya? Tidak! Tuhan tidak butuh manusia sebaliknya manusialah yang butuh
Tuhan.
Rick Warren dalam bukunya “Purpose Driven Life“ menuliskan
Allah mencipta manusia karena Allah butuh manusia sebagai obyek kasih. Salah!
Tuhan tahu bagaimana mengasihi manusia secara tepat.
Setelah semua orang itu pergi dan tidak lagi mengikut Dia, Tuhan kemudian
memanggil kedua belas murid-Nya dan menantang mereka: “Apakah kamu tidak mau
pergi juga?“ (Yohanes 6:67). Tuhan tidak pernah menjanjikan mujizat pada orang
yang mau percaya kepada-Nya. Sebagai anak Tuhan, kita yang seharusnya melayani
Tuhan bukan Tuhan yang melayani manusia. Anak Tuhan sejati harus mengerti
imannya dengan tepat menurut iman Kristus dan cara Kristus bukan menurut cara dunia
yaitu mengiming-imingi dengan mujizat supaya percaya Kristus. Injil sejati
tidak bicara tentang popularitas tetapi Injil sejati berbicara tentang orang
berdosa harus bertobat, Yesus datang ke dunia untuk memberitakan tentang
kematian-Nya yang menebus manusia berdosa dan kebangkitan-Nya memberikan hidup
kekal bagi yang percaya pada-Nya.
Sayangnya, hari ini banyak orang Kristen menggunakan cara
dunia, yaitu menggunakan mujizat sebagai pancingan, mengundang artis dengan
tampilan yang seronok, dan masih banyak lagi. Memang, bukan hal yang mustahil
bagi Tuhan untuk membuat suatu mujizat akan tetapi Tuhan tidak pernah
menggunakan pancingan mujizat supaya orang mau datang dan percaya pada-Nya.
Tidak!
Orang yang selalu ingin mendapatkan mujizat sukar sekali untuk
diajar taat, hal ini dibuktikan dengan reaksi dari kedua orang buta ini,
setelah memperoleh mujizat, Tuhan Yesus berpesan untuk tidak memberitahukan hal
tersebut pada orang lain namun sekeluar dari ruangan itu mereka langsung
melanggar perintah Kristus tersebut.
Paulus
menegaskan janganlah engkau menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah
oleh pembaharuan akal budimu sehingga engkau dapat membedakan mana kehendak
Allah, mana yang baik dan yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Pengertian “baik“ disini bukan dilihat dari sudut pandang manusia tetapi “baik“
dilihat dari sudut pandang Tuhan. Lihat bagaimana cara Tuhan bekerja dengan
sangat indah atas Paulus.
Tuhan tidak memanggil Paulus untuk memberitakan Injil di
Bitinia dan Asia Kecil, Tuhan mempunyai rencana lain buat Paulus, yakni ia
dipanggil untuk memberitakan Injil di Makedonia di daerah jazirah Yunani (Kisah
16). Paulus adalah seorang filsuf yang menguasai berbagai macam filsafat Yunani
karena itu Tuhan menempatkan dia di daerah jazirah Yunani yang merupakan pusat
dari filsafat kuno.
Kedua orang buta ini tidak tahu apa yang menjadi
alasan Tuhan Yesus melarang mereka bersaksi, Paulus juga tidak tahu kenapa ia
dilarang masuk ke Bitinia, Frigia dan Asia Kecil namun sekarang, kita tahu ternyata
Tuhan mempersiapkan tempat itu sebagai ladang pelayanan bagi Petrus. Inilah
cara Tuhan bekerja, cara Tuhan sungguh tak terjangkau oleh pikiran kita,
mungkin cara manusia membuat kita kelihatan “sukses“ namun justru berakhir
dengan kebinasaan. Biarlah kita peka akan rencana dan pimpinan Tuhan dengan
demikian kita tidak salah melangkah. Ingat, beriman bukan berhenti pada
komitmen pertama tetapi kita harus terus mengimplikasikan iman dalam hidup
sehari-hari.
3.
Mujizat berdampak Politis yang Merugikan
Manusia tidak berhak mempertanyakan alasan pada Kristus kenapa
melarang menceritakan mujizat yang mereka alami. Manusia seharusnya taat.
Konsep mesianic sangat mencengkeram pikiran
orang Yahudi, tidak terkecuali murid Tuhan Yesus, yaitu suatu hari nanti akan
berdiri suatu Kerajaan Israel yang berpusat di Yerusalem dimana kerajaan ini
akan mengalahkan semua kekuasaan dunia yang berkuasa pada jaman itu; kerajaan
Israel kembali seperti Kerajaan Daud.
Pikiran ini begitu mencengkeram
bahkan sampai Tuhan Yesus mati, bangkit dan naik ke Sorga, murid Tuhan Yesus
masih bertanya, “Guru, kapan Kerajaan-Mu didirikan?“
Kenapa Tuhan Yesus mengacuhkan ketika kedua
orang buta ini berteriak-teriak: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud“, beberapa
orang menafsirkan Tuhan Yesus memang sengaja. Istilah mesianic tidaklah
sesederhana yang kita pikirkan, istilah mesianic merupakan istilah politis.
Orang Yahudi tidak akan dapat “berbuat apa-apa“ pada Yesus sejauh itu masih di
wilayah rohani bahkan mahkamah agama tertinggi Yahudi, Sanhendrin tidak dapat
menghukum Tuhan Yesus karena tuduhan mengajarkan agama sesat sehingga mereka
menggeser ke masalah politik dengan demikian mereka dapat melakukan tindakan
hukum, Tanpa perintah Herodes atau Pilatus sebagai pemegang kuasa pemerintahan
maka Tuhan Yesus tidak dapat dihukum.
Kedua orang buta ini merasa telah membantu Tuhan dengan
tindakan yang mereka lakukan. Tidak! Jangan pernah berpikir manusia sedang
membantu Tuhan. Biarlah kita peka dan bijak hidup di tengah dunia dengan
demikian nama Tuhan semakin dipermuliakan.
Iman berkait erat dengan isi iman, kalau kita
mengaku percaya pada Kristus maka biarlah kita bertekad untuk tidak menjadi
serupa dengan dunia tetapi berubah oleh pembaharuan akal budi sehingga kita
dapat membedakan mana kehendak Allah, mana yang baik dan yang berkenan kepada
Allah dan yang sempurna. Amin.
GIVES SIGHT TO TWO BLIND MEN;
27 kai paragonti
ekeithen tō iēsou
ēkolouthēsan duo tuphloi,
krazontes kai legontes·
eleēson ēmas uie
dauid.
28
elthonti de eis
tēn oikian prosēlthon
autō oi tuphloi,
kai legei autois
o iēsous· pisteuete
oti dunamai touto
poiēsai; legousin autō·
nai kurie.
29 tote ēpsato
tōn ophthalmōn autōn
legōn· kata tēn
pistin umōn genēthētō
umin.
30 kai ēneōchthēsan
autōn oi ophthalmoi.
kai enebrimēthē autois
o iēsous legōn·
orate mēdeis ginōsketō.
31 oi de
exelthontes diephēmisan auton
en olē tē
gē ekeinē.
27 Ketika Yesus meneruskan
perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan
berkata: "Kasihanilah kami, hai Anak Daud."
28 Setelah Yesus masuk ke
dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata
kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?"
Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya."
29 Lalu Yesus menjamah
mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu."
30 Maka meleklah mata
mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya:
"Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini."
31 Tetapi mereka keluar
dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.