Matius 18:1-6
1 Pada
waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah
yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
2 Maka
Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
3 lalu
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan
menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
4
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini,
dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
5 Dan
barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut
Aku."
Rank in the Kingdom
1 At that time the disciples
came to Jesus and said, "Who then is greatest in the kingdom of
heaven?"
2 And He called a child to
Himself and set him before them,
3 and said, "Truly I say
to you, unless you are converted and become like children, you will not enter
the kingdom of heaven.
4 "Whoever then humbles
himself as this child, he is the greatest in the kingdom of heaven.
5 "And whoever receives
one such child in My name receives Me;
6 but whoever causes one of
these little ones who believe in Me to stumble, it would be better for him to
have a heavy millstone hung around his neck, and to be drowned in the depth of
the sea.
Pertanyaan murid-murid kepada Yesus menunjukan bahwa murid-murid
masih belum mengerti tentang makna Kerajaan Allah.
Jelas tujuan hidup mereka masih bersifat duniawi, dari
pertanyaan diatas dapat juga dijadikan pertanyaan apakah tujuan orang hidup
apalagi mempercayai Kerajaan Sorga.
Kalau tujuannya untuk pemenuhan ambisi pribadi
yaitu :
a.
Mendapat kuasa secara pribadi.
b.
Kenikmatan harga diri pribadi.
c.
Pengagungan/penghormatan diri.
Maka hal ini menunjukan tujuan
yang bertentangan dengan Kerajaan Surga. Karena menjadi warga Kerajaan kita
harus :
a.
Sama sekali tidak memikirkan diri sendiri.
b.
Ketidak berkuasaan diri lagi.
c.
Memakai diri untukmelayani. Bukan untuk berkuasa.
Selama orang memandang dirinya sendiri sebagai hal terpenting
didalam dunia, maka ia berjalan membelakangi Kerajaan Allah.
Perdebatan murid-murid ini (bdk. Luk 9:46) jelas adalah sesuatu
yang berdosa! Mengapa? Karena perdebatan itu menunjukkan adanya ambisi dalam
diri mereka untuk menjadi yang terbesar. Karena itulah maka mereka terdiam
ketika Yesus menanyakan apa yang mereka perdebatkan.
Ambisi adalah sesuatu yang
berbahaya karena akan menyeret kita ke dalam dosa-dosa yang lain! Ambisi bisa
terjadi dalam bermacam-macam hal, baik hal-hal yang bersifat jasmani / duniawi
(misalnya: ambisi untuk menjadi kaya, terkenal, kedudukan tinggi dsb), maupun
dalam hal-hal yang bersifat rohani (misalnya: ingin menjadi orang kristen yang
paling mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, ingin menjadi jemaat yang paling
rajin, ingin menjadi orang yang memberi persembahan paling besar, ingin menjadi
pengkhotbah top, dsb).
Karena itu, periksalah diri
saudara! Ambisi apa yang ada dalam diri saudara? Mintalah ampun kepada Tuhan
dan mintalah supaya Tuhan membuang ambisi-ambisi yang tidak sesuai kehendakNya
itu.
Untuk menjawab
pertanyaan murid-murid Yesus mengambil seorang anak kecil.
Dimana anak kecil
tersebut menurut tradisi setelah dia dewasa namanya adalah Ignatius Theoforus dari
Antiokhia, yang menjadi pelayan gereja yang besar, penulis yang besar, dan
Martir bagi Kristus.
‘Menjadi seperti
anak kecil’.
o Ini tentu tidak berarti bahwa kita harus bersikap
kekanak-kanakan (childish)!
o Ini juga tidak berarti bahwa dalam segala hal, kita harus
menjadi seperti anak kecil! Dalam 1 Korintus 14:20, Paulus berkata: “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam
pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam
pemikiranmu!”.
o Penekanan Yesus adalah bahwa kita harus menjadi seperti anak
kecil dalam kerendahan hati. Ini terlihat dari kata-kata ‘merendahkan diri’
dalam ayat 4 ‘humbles himself’ = merendahkan dirinya sendiri.
Yesus menjelaskan didalam diri
seorang anak kita melihat ciri-ciri warga Kerajaan Surga contoh :
-
Mudah takjub, yang
nanti besarnya akan biasa terhadap keajaiban dunia.
-
Mudah mengampuni dan melupakan. Setelah
dewasa belum tentu.
-
Mempunyai Kerendahan hati. Setelah
dewasa baru ditinggalkan.
-
Mempunyai ketergantungan. Seorang
anak tidak pernah berpikir hidupnya dapat dikerjakan sendiri butuh bantuan
orang, terutama orang tuannya.
Akan
indah kalau orang mau menerima kenyataan akan ketergantungan mereka pada Allah,
suatu kekuatan baru dan kedamaian baru akan masuk kedalam hidupnya.
-
Kepercayaan yang sungguh kepada orang
tuanya.
Untuk kehidupannya, Sandang, Pangan, dan Papan. Dan percaya orang tuanya dapat
menjaga dan melindunginya.
Bagian ini (ay 1-5) penting karena pada pasal-pasal sebelumnya,
Matius banyak menekankan / menonjolkan Petrus, seperti:
v Matius 14:28-29 - Petrus berjalan di atas air.
v Matius 15:15 - Petrus bertanya tentang ajaran yang sukar.
v Matius 16:16-20 - Pengakuan Petrus tentang kemesiasan Yesus.
v Matius 17:1-13 - Petrus ikut ke gunung bersama Yesus.
v Matius 17:24-27 - Yesus membayar pajak untuk diriNya dan Petrus.
Semua ini bisa menimbulkan kesan bahwa Matius
menganggap Petrus sebagai murid / rasul yang terbesar. Tetapi dengan adanya
perdebatan di antara murid-murid tentang hal ini, jelaslah bahwa murid-murid
tidak menganggap bahwa Petrus adalah yang terbesar. Dan dari jawaban Yesus,
maka jelaslah bahwa Yesuspun tidak beranggapan bahwa Petrus adalah yang
terbesar.
Dari semua ini jelaslah bahwa Kitab Suci memang tidak
mengajarkan adanya satu manusia yang terbesar (paling tinggi pangkatnya) dalam
gereja Tuhan!
The Greatest in the Kingdom
(Mark 9:33-37; Luke 9:46-50)
1 Ἐν ἐκείνῃ τῇ ὥρᾳ προσῆλθον οἱ μαθηταὶ τῷ Ἰησοῦ λέγοντες Τίς ἄρα
μείζων ἐστὶν ἐν τῇ βασιλείᾳ τῶν οὐρανῶν;
2 καὶ προσκαλεσάμενος παιδίον
ἔστησεν αὐτὸ ἐν μέσῳ αὐτῶν
3 καὶ εἶπεν Ἀμὴν λέγω ὑμῖν, ἐὰν μὴ στραφῆτε καὶ
γένησθε ὡς τὰ
παιδία, οὐ μὴ εἰσέλθητε εἰς τὴν
βασιλείαν τῶν οὐρανῶν.
4 ὅστις οὖν ταπεινώσει ἑαυτὸν ὡς τὸ
παιδίον τοῦτο, οὗτός ἐστιν ὁ μείζων ἐν τῇ βασιλείᾳ τῶν οὐρανῶν.
5 καὶ ὃς ἐὰν
δέξηται ἓν
παιδίον τοιοῦτο ἐπὶ τῷ ὀνόματί
μου, ἐμὲ δέχεται·
6 ὃς δ’ ἂν σκανδαλίσῃ ἕνα τῶν μικρῶν
τούτων τῶν
πιστευόντων εἰς ἐμέ,
συμφέρει αὐτῷ ἵνα κρεμασθῇ μύλος ὀνικὸς περὶ τὸν
τράχηλον αὐτοῦ καὶ καταποντισθῇ ἐν τῷ
πελάγει τῆς θαλάσσης.
1 en ekeinē
tē ōra prosēlthon
oi mathētai tō
iēsou legontes· tis
ara meizōn estin
en tē basileia
tōn ouranōn;
2
kai proskalesamenos paidion
estēsen auto en
mesō autōn
3
kai eipen· amēn
legō umin, ean
mē straphēte kai
genēsthe ōs ta
paidia, ou mē
eiselthēte eis tēn
basileian tōn ouranōn.
4
ostis oun tapeinōsei
eauton ōs to
paidion touto, outos
estin o meizōn
en tē basileia
tōn ouranōn.
5
kai os
ean dexētai en
paidion toiouto epi
tō onomati mou,
eme dechetai.
6 os d
an skandalisē ena
tōn mikrōn toutōn
tōn pisteuontōn eis
eme, sumpherei autō
ina kremasthē mulos
onikos peri ton
trachēlon autou kai
katapontisthē en tō
pelagei tēs thalassēs.