Kepribadian Paulus
Dari Kisah Para Rasul dan dari surat-surat Paulus
juga mungkin mendapat gambaran jelas mengenai kepribadian dan perangai Sang
Rasul.
Paulus adalah seorang yang semangatnya berapi-api
dan yang dalam mengejar cita- citanya tidak tahu lelah atau menghitung
jerih-payahnya. Pada pokoknya cita-cita Paulus ialah cita-cita keagamaan.
Satu-satunya yang menjadi pusat perhatiannya ialah Allah. Dalam mengabdi Allah
sebagai hamba setiawan ia menolak segenap kompromis dalam bentuk manapun.
Itulah sebabnya maka mula-mula Paulus mengejar mereka yang dianggapnya sebagai
bida'ah dan musuh Allah 1 Tim 1:13; bdk Kisah 24:5, 14, tetapi
kemudian mewartakan Kristus, setelah berkat wahyu mengerti bahwa Dialah
satu-satunya penyelamatan. Semangat yang tak bersyarat itu terungkap dalam
kehidupan yang terdiri atas penyangkalan diri yang mutlak dan pengabdian kepada
Dia yang dikasihi Paulus. Kerja keras dan lelah, haus, penderitaan, kemiskinan
dan bahaya maut, 1
Kor 4:9-13; 2 Kor 4:8 dst; 6:4-10; 11:23-27, tidak
dipedulikan sama sekali mana kala Paulus menunaikan tugas yang dianggapnya
sebagai tanggung jawabnya 1 Kor 9:16 dst.
Tidak ada sesuatupun dari semuanya itu yang mampu memisahkan Paulus dari kasih
Allah dan Kristus, Roma 8:35-39. Sebaliknya, semuanya itu
dianggapnya barang berharga oleh karena menyerupai dirinya dengan Gurunya yang
bersengsara dan tersalib, 2 Kor 4:10 dst; Filipi 3:10 dst.
Kesadaran akan panggilannya yang tunggal membuat Paulus memiliki gairah akan
yang luhur-luhur dan besar-besar. Kalau ia merasa dirinya bertanggung jawab
akan semua jemaat, 2 Kor 11:28; bdk Kolose 1:24, dan
berkata bahwa bekerja lebih dari pada yang lain-lain, 1Kor 15:10; bdk 2 Kor 11:5, dan
mengajak kaum beriman untuk mencontohnya, 2 Tes 3:7, maka
keterangan semacam itu bukanlah kesombongan, melainkan kebanggaan orang suci
yang rendah hati. Sebab Paulus juga mengakui dirinya sebagai yang paling hina
di antara sekalian orang Kudus, 1 Kor 15:9; Efesus 3:8, karena
telah menganiaya jemaat Allah; karya-karya besar yang dilaksanakannya dianggap
berasal dari Tuhan yang berkarya di dalam dirinya, 1 Kor 15:10; 2 Kor 4:7; Filipi 4:13; Kolose 1:29; Efesus 3:7.
Semangat hatinya yang halus nampak dalam sikap
Paulus terhadap kaum beriman. Ia mempercayai sungguh-sungguh orang-orang Filipo
yang masuk Kristen, Filipi 1:7 dst; 4:10-20; ia
menaruh perasaan mendalam terhadap jemaat di Efesus, Kisah 20:17-38; hatinya
memanas, kalau orang-orang beriman di Galatia membiarkan dirinya dibujuk untuk
meninggalkan kepercayaan sejati, Galatia 1:6; 3:1-3, dan ia
sedih terkejut karena ketidak-tetapan hati yang sombong pada orang-orang di
Korintus, 2
Kor 12:11-13:10.
Untuk menetapkan yang lincah-lincah Paulus tahu bagaimana bersikap ironi, 1 Kor 4:8; 2 Kor 11:7; 12:13, dan
bahkan melontarkan teguran tegas, Galatia 3:1-3; 4:11; 1 Kor 3:1-3; 5:1-2; 6:5;
11:17-22; 2 Kor 11:3 dst.
Tetapi selalu hanya demi kebaikan kaum beriman, 2 Kor 7:8-13. Dan
segera Paulus memperlunak tegurannya dengan kehalusan hati yang penuh kasih
sampai mengharukan hati, 2 Kor 11:1-2; 12:14 dst :
Bukankah hanya Pauluslah bapa mereka, 1 Kor 4:14 dst; 2 Kor 6:13; bdk 1 Tes 2:11; Filemon 10, bahkan
ibu mereka, 1
Tes 2:7; Galatia 4:19? Maka
segera pulih kembali hubungan-hubungan baik seperti dahulu, Galatia 4:12-20; 2 Kor 7:11-13.
Sesungguhnya Paulus tidak mau pertama-tama menegur
kaum beriman, tetapi para lawan yang berusaha membujuk dan menyesatkan mereka:
orang-orang Yahudi yang di mana-mana melawan dan menghalangi Paulus, Kisah 13:45, 50; 14:2, 19;
17:5, 13; 18:6; 19:9; 21:27, ataupun orang-orang Kristen ke-Yahudian yang
ingin membebankan kuk hukum Taurat pada mereka yang oleh Paulus direbut bagi
Kristus, Galatia
1:7; 2:4; 6:12 dst.
Terhadap golongan-golongan itu Paulus tidak kenal ampun, 1 Tes 2:15 dst; Galatia 5:12; Filipi 3:2. Gairah
mereka yang sombong dan "kedagingan" dihadapi Paulus dengan daya
rohani sejati yang menyatakan diri melalui kepribadiannya yang lemah, 2 Kor 10:1-12:2, dan
dengan sikap jujurnya yang membuktikan Paulus tidak mencari keuntungan
sendiri, Kisah
18:3.
Ada sementara orang yang berkata bahwa para lawan Paulus ialah para rasul di
Yerusalem. Tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan. Terlebih-lebih lawan
Paulus itu Yalah orang-orang Yahudi yang masuk Kristen dan ingin memaksakan
adat-kebiasaan sendiri kepada orang-orang lain. Mereka menyalah-gunakan nama
Petrus, 1
Kor 1:12,
dan Yakobus, Galatia
2:12 untuk
menurunkan kweibawaan Paulus. Sebaliknya, Paulus sendiri selalu menghormati
wewenang para rasul sejati, Galatia 1:18; 2:2, walaupun
mempertahankan bahwa sebagai saksi Kristus setra dengan merek, Galatia 1:11 dst; 1 Kor 9:1; 15:8-11. Kalaupun
terjadi bahwa sehubungan dengan perkara tertentu Paulus menentang Petrus, Galatia 2:11-14, namun
Paulus selalu menyatakan dirinya orang yang suka berdamai, Kisah 21:18-26. Dengan
seksama ia mengorganisasi pengumpulan dana untuk orang-orang Kristen yang
miskin di Yerusalem, Galatia 2:10, karena ia beranggapan ini
jaminan paling baik bagi persatuan antara orang-orang Kristen bekas kafir
dengan Jemaat Induk di Yerusalem, 2 Kor 8:14; 9:12-13; Roma 15:26 dst.
No comments:
Post a Comment