https://gbiwarakas.blogspot.com/
Karyadi DONE SUDAH BACA
1 Samuel 8:1-5 Setelah Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas orang Israel.
Nama anaknya yang sulung ialah Yoël, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba.
Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.
Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama
dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain."
RHEMA HARI INI.
Sering dalam hidup ini kita diperhadapkan pada masalah yang menekan dan menghimpit kita. Tekanan ini tentu saja mempengaruhi hidup kita, dan mendesak kita untuk mengambil pilihan-pilihan yang ditawarkan dunia. Bukan tidak mungkin kita mengambil pilihan yang salah, yang akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Pada zaman hakim-hakim memimpin, Israel mengalami keamanan dan kemerdekaan. Namun begitu seorang hakim mati, terjadilah kekosongan kepemimpinan. Akibatnya, mereka kembali dikuasai musuh. Israel menyadari bahwa tanpa dipimpin seorang raja, sebagaimana yang dimiliki bangsa-bangsa lain, mereka rentan untuk dijadikan bulan-bulanan musuh-musuh mereka. Maka mereka meminta raja untuk menggantikan Samuel menjadi hakim atas mereka (ayat 5-6).
Peristiwanya dimulai ketika Samuel telah tua dan anak-anaknya terlihat tidak bisa diandalkan kerena kebejatan moral mereka (1-3). sekiranya saja anak2 Samuel hidup sama dengan Bapaknya kemungkinan Penolakan bangsa Israel atas kepemimpinan anak-anak Samuel tidak terjadi.
Akibatnya Orang Israel memikir jauh dari yg dipikirkan Samuel, mereka bukan saja menolak anaknya utk memimpin mereka, tetapi mereka minta Raja seperti bangsa2 yg lain.
Permintaan mereka akan seorang raja ? seperti bangsa-bangsa lain? didasarkan dua alasan.
Pertama, bagi mereka kepemimpinan ala hakim-hakim tidak bisa menjamin mereka aman dari musuh. Sebaliknya musuh mereka, bangsa Filistin sebagai sebuah kerajaan, memiliki kekuatan politik dan militer yang terus menerus sebagai momok buat Israel yang tidak memiliki kedua unsur tersebut.
Kedua, pada dasarnya kekhawatiran bangsa Israel disebabkan mereka lebih menaruh kepercayaan pada kekuatan yang kelihatan ketimbang kekuatan yang hanya dapat dilihat melalui kacamata iman. Maka, Tuhan menilai bahwa permintaan bangsa Israel akan seorang raja pada dasarnya adalah suatu bentuk penolakan terhadap diri-Nya (7-9).
Mereka lupa bahwa kekalahan yang dialami Israel bukan karena tidak ada kepemimpinan politik yang bersistem, melainkan karena dosa-dosa mereka.
Sering terjadi dalam kehidupan kita orang Percaya mengalami tekanan hidup yang seharusnya menjadikan kita lebih dekat dan bersandar pada Bapa. Kita seharusnya minta petunjuk Tuhan lebih dulu dalam menghadapi masalah. Jangan hanya mengandalkan kemauan dan pikiran kita saja. Sebab pilihan kita belum tentu sesuai dengan kehendak dan rancangan Allah. Oleh karena itu, libatkan Allah ketika kita menghadapi setiap kesukaran. Ingatlah bahwa Tuhan mau campur tangan dan tidak akan tinggal diam dalam setiap masalah yang dihadapi anak-anak-Nya.
No comments:
Post a Comment